5
CONTOH TEKS DISKUSI SMP/MTS TERBARU LENGKAP
Bolehkah Siswa Membawa Telepon Seluler ke
Sekolah?
Banyak sekolah, terutama di jenjang
sekolah dasar dan sekolah menengah pertama, melarang siswanya membawa telepon
seluler, tetapi banyak juga sekolah yang membolehkan siswanya membawa telepon
seluler dengan berbagai persyaratan. Sebagian orang menganggap bahwa membawa
telepon seluler ke sekolah diperbolehkan, tetapi banyak juga yang menganggap
bahwa membawa telepon seluler ke sekolah tidak diperbolehkan. Dengan demikian,
pelarangan siswa membawa telepon seluler ke sekolah menuai perdebatan.
Masyarakat yang setuju bahwa siswa
boleh membawa telepon seluler ke sekolah memiliki alasan, yaitu agar orang tua
dapat menghubungi anaknya, baik secara langsung maupun tidak langsung. Dengan
membawa telepon seluler, setidaknya orang tua merasa nyaman karena dapat
berkomunikasi dengan anaknya jika terjadi perubahan jadwal, kondisi darurat,
dan sejenisnya.
Jika siswa tidak membawa telepon
seluler sedangkan orang tua perlu segera menghubungi, orang tua harus
menghubungi kantor sekolah. Akibatnya, waktu yang berharga bisa hilang.
Apalagi, saluran telepon di kantor sekolah sedang sibuk. Sekolah juga harus
mengirim seseorang untuk menghubungi siswa yang bersangkutan dan menyampaikan
pesan atau memanggilnya ke kantor untuk
menerima
telepon.
Di samping itu, salah satu keuntungan
dari penggunaan telepon seluler di sekolah adalah telepon seluler dapat
digunakan sebagai alat bantu, terutama telepon seluler yang dilengkapi dengan
beberapa aksesoris, seperti kalkulator, kamera, dan internet. Aplikasi ini
dapat dimanfaatkan untuk membantu dalam bidang akademik.
Sementara itu, masyarakat yang tidak
setuju siswa membawa telepon seluler ke sekolah mengatakan bahwa aplikasi yang
tersedia di telepon seluler dapat memengaruhi konsentrasi siswa dalam
pembelajaran. Ketika telepon seluler berdering di kelas, meskipun hanya mode
getar, kegiatan pembelajaran akan terganggu. Hal itu akan merugikan seluruh
siswa. Di samping itu, siswa dapat
menggunakan
telepon seluler untuk kegiatan melawan hukum seperti transaksi narkoba,
pencurian, dan sejenisnya.
Aplikasi internet di telepon seluler
memberikan kesempatan untuk melakukan kecurangan. Siswa dapat merujuk ke
internet untuk mencari jawaban pada saat ulangan. Siswa bisa membawa teks
contekan dalam telepon seluler. Kadangkadang, hanya anak-anak dari keluarga
mampu yang memiliki telepon seluler. Hal ini dapat menyebabkan banyak masalah
sosial muncul, seperti kecemburuan, pencurian, dan pelecehan. Proses penyesuaian
di sekolah menjadi agak sulit karena adanya kesenjangan sosial.
Cara untuk mengatasi masalah ini adalah
pihak sekolah berdiskusi dan bermusyawarah dengan orang tua agar menghasilkan
kebijakan yang tepat. Yang paling penting adalah apakah telepon seluler
berdampak positif bagi pendidikan atau berdampak negatif.
Dampak Internet bagi Pelajar
Internet
telah banyak membantu manusia dalam segala unsur kehidupan sehingga internet
mempunyai andil penuh dalam kehidupan sosial. Dengan adanya internet, apa pun dapat
kita lakukan baik hal positif maupun hal negatif. Sebagai media komunikasi,
internet dapat digunakan untuk berkomunikasi dengan pengguna lainnya di seluruh
dunia.
Keberadaan
internet memberikan manfaat positif bagi dunia informasi, tetapi banyak juga
pengaruh negatifnya. Banyak siswa yang mendapatkan ilmu dengan bantuan
internet. Bahkan, tugas-tugas sekolah pun kini terasa lebih mudah dengan
mencarinya di internet. Tidak bisa dipungkiri adanya internet memberikan
pengaruh kepada pelajar. Ada pengaruh positif, tetapi ada juga pengaruh negatif
internet, bagaikan mata uang dengan dua sisi, bergantung pada bagaimana kita
menghadapinya.
Banyak
manfaat positif yang dapat diperoleh siswa dari internet jika digunakan secara
bijak. Namun, tidak sedikit pula pengaruh negatif yang ditimbulkan internet.
Berikut ini beberapa pengaruh negatif dari internet. Beberapa berita, baik
televise maupun koran melansir adanya penculikan anak atau kasus pelarian anak
di bawah umur yang berawal dari situs pertemanan atau jejaring sosial di
internet. Sifat anak yang mudah percaya pada siapa pun memungkinkan terjadinya
hal tersebut.
Pornografi
adalah pengaruh negatif internet lainnya. Tidak hanya orang dewasa yang
mengunjungi situs-situs terlarang, tetapi banyak siswa yang ditengarai sering
berkunjung ke situs-situs yang berisi gambar atau cerita porno. Hal ini tentu
saja merupakan situasi yang sangat memprihatinkan. Kecanduan permainan online
yang melanda siswa juga merupakan pengaruh negatif internet.
Kecanduan dan ketergantungan dapat membuat siswa kehabisan waktu dan energi
untuk bermain. Akibatnya, prestasi siswa pun menurun.
Untuk
menangkal pengaruh negatif internet pada siswa, ada beberapa hal yang harus
dilakukan, yaitu selalu mendampingi anak ketika mereka sedang mengakses internet.
Hal ini untuk memastikan bahwa anak telah mengakses situs yang tepat. Jangan
sampai anak asyik bermain internet, sedangkan orang tua tidak mengetahui
keberadaan anak. Jika fasilitas internet tersedia di rumah, letakkan fasilitas
tersebut di ruang bersama. Hal ini untuk memudahkan orang tua mengawasi anak.
Jika harus menggunakan fasilitas internet di warnet, bantu anak memilih warnet
“sehat”. Akan lebih bijaksana, jika Anda mengenal pemilik dan petugas di sana.
Ini untuk memudahkan Anda mengawasi anak. Beri pemahaman yang baik pada anak
tentang pengaruh positif dan negatif internet bagi dirinya. Dengan demikian,
Anda sudah membekalinya dengan benteng pertahanan diri.
Diharapkan
semua pihak, baik orangtua, guru, pemerintah maupun siswa untuk bersama-sama
mencegah dampak-dampak negatif yang ditimbulkan dari internet. Pemerintah
diharapkan dapat memblokir situs-situs yang tidak baik. Orang tua juga
diharapkan dapat lebih memperhatikan anaknya agar anak dapat terus terpantau
dan tidak terjerumus ke dalam hal-hal yang tidak baik.
Perlukah Batasan Umur Pengguna Facebook Akan Dihapus?
CEO facebook, Mark Zuckerberg, kembali melontarkan
komentar yang kontroversial terkait layanan di jejaring sosial. Tahun lalu, ia
menyebut privasi tak lagi terlalu penting. Kali ini, ia mengusulkan
dihapuskannya pembatasan umur bagi pengguna facebook. Artinya, bayi yang masih merah pun
boleh memiliki akun di facebook.
Sebagaimana diketahui, umur minimal
pegguna Facebook adalah
13 tahun. Namun, dari sebuah penelitian yang dirilis beberapa waktu yang lalu,
terdapat 7,5 juta pengguna Facebook yang berada di bawah 13 tahun, umumnya
11 tahun. Akan tetapi, tentu hal ini tidak bisa dijadikan alasan untuk membuka
keran bagi mereka yang berada di bawah usia 13 tahun tersebut. Anak-anak tentu
belum bisa melindungi diri mereka dari berbagai hal yang menyangkut dunia orang
dewasa yang mampir ke halaman Facebook-nya.
Mark Zuckerberg menyatakan idenya
tersebut dalam sebuah kesempatan berpidato di California beberapa hari yang
lalu. Menurutnya, ia memiliki filosofi bahwa untuk pendidikan diperlukan waktu
memulai yang sangat muda. Pembatasan itu membuat anak-anak di bawah usia 13
tahun tersebut belum bisa memulai hal tersebut. Dengan membiarkan mereka
menggunakan Facebook,
kita bisa melihat apa yang akan mereka kerjakan. Mark juga berjanji untuk
membuat anak-anak aman di Facebook.
Tentu saja ada yang janggal dari alasan
Mark Zuckerberg ini. Pertama, soal pendidikan. Tentu tidak bisa dianggap bahwa
menggunakan Facebook sedari
anakanak dianggap sebagai sebuah pendidikan. Mengapa? Sebab, Facebook bukanlah
ruang pendidikan. Facebook adalah
media lalu lintas informasi melalui update
status, foto, bahkan video sangat
tinggi. Sebagian besar dari informasi yang mengalir di Facebook ini
adalah konsumsi orang dewasa, bukan anak-anak.
Kedua, soal keamanan. Sudah tidak perlu
dipertanyakan lagi, keamanan akun pengguna Facebook
sangat rendah. Privasi pengguna di Facebook sangat
rendah, hampir-hampir tidak ada karena kebijakan privasi yang sangat longgar
yang disebabkan oleh ketentuan privasi Facebook
yang berbelit dan sangat panjang.
Sebagian pengguna Facebook tentu
sudah sangat akrab dengan spam, scam, dan berbagai URL yang mengarah kepada
konten dewasa. Tentu akan sangat membahayakan jika anak-anak dibiarkan untuk
melihat semua hal ini.
Masih terkait dengan soal keamanan, di Facebook tidak
ada satu pun jaminan yang mengatakan bahwa semua pengguna Facebook akan
berlaku baik. Artinya, terbuka sekali kemungkinan para penjahat, terutama untuk
bisa mencari mangsa dengan diperbolehkannya anak-anak memiliki akun di Facebook.
Ketiga, adanya peraturan yang melarang
pengumpulan informasi dari anak-anak di bawah usia 13 tahun, yaitu Children’s Online Privacy Protection Act (COPPA), yang ditandatangani menjadi
undang-undang pada 21 Oktober 1998 dan dimodifikasi efektif pada 21 April 2000.
Aturan ini berlaku untuk situs web komersial dan layanan online yang diarahkan untuk anak di bawah 13
tahun yang mengumpulkan informasi pribadi dari anak-anak. COPPA melarang
tindakan tidak adil atau menipu atau praktik sehubungan dengan pengumpulan,
penggunaan, atau pengungkapan informasi pribadi dari dan tentang anak-anak di
internet.
Dengan tiga alasan di atas, cukup jelas
bahwa ide penghapusan batasan umur pengguna Facebook
ini merupakan ide yang cukup gila dari
Mark Zuckerberg. Situs zdnet.com menyebut ide ini sebagai ide paling buruk dari
orang sekaliber Mark Zuckerberg. Meskipun Facebook
telah cukup berusaha memperbaiki
keamanannya, hal ini bukanlah jaminan dan alasan untuk melegalkan penghapusan
batasan umur pengguna Facebook.
Terkait dengan anak-anak atau remaja
yang berumur lebih dari 13 tahun pun, orang tua tetap diimbau untuk
memerhatikan keterlibatan anak di dalam Facebook. Hal itu karena, sekali lagi, Facebook menolong
penggunanya untuk terkoneksi dengan teman mereka yang online, tetapi belum tentu semua yang online adalah teman dari pengguna. Untuk
memonitor keterlibatan anak di Facebook, orang tua disarankan untuk melakukan
langkah berikut ini.
1.
Monitor akun Facebook anak
Orangtua harus terlibat dalam jalinan
pertemanan anak. Ini penting agar bias mengetahui apa yang dilakukan anak di Facebook.
Kalau tidak bisa, misalnya untuk anak remaja SMA, awasilah mereka dari teman
mereka. Hal ini dilakukan oleh 18 persen orangtua dalam sebuah survei tentang
pengguna Facebook usia
antara 13—
17 tahun. Orang tua jangan berusaha memiliki akun Facebook dengan
memalsukan umur anak. Kalau anak telah memiliki akun Facebook tanpa
sepengetahuan, hapuslah
akun
tersebut atau mintalah Facebook untuk menghapusnya dengan mengisi
laporan “Report an Underage Child” yang disediakan oleh Facebook.
2.
Manfaatkan kontrol privasi
Sekitar satu dari lima pengguna dewasa
aktif Facebook mengatakan,
mereka tidak menggunakan kontrol privasi yang disediakan Facebook. Hal
ini membuat mereka lebih rentan terhadap ancaman. Kontrol privasi Facebook tidak
dapat mencegah setiap pelanggaran, tetapi mereka cukup membantu dalam kadar
tertentu. Orang tua harus mengatur kontrol privasi anak terhadap apa saja yang
bisa dilihat oleh semua pengguna Facebook. misalnya, siapa saja yang bisa
melihat foto dan siapa saja
yang
bisa mengirim pesan.
3.
Matikan Instant Personalization
Facebook telah
menambahkan beberapa situs ke fitur Instant
Personalization, yang secara otomatis akan memperoleh
informasi mengenai karakteristik pengguna Facebook. Saya sangat menyarankan fitur ini
untuk dimatikan agar profil pengguna Facebook
tidak dimanfaatkan oleh pihak ketiga
untuk kepentingan iklan dan lainnya.
Bagi orangtua, penting untuk mengetahui
aktivitas anak di Facebook agar
terhindar dari masalah yang timbul di kemudian hari, seperti penculikan anak
dan lainnya. Facebook memang bermanfaat, tetapi hanya pada batas-batas
tertentu. Akan lebih baik mencegah daripada tertimpa bencana. (Kompasiana/Kimi
Raikko).
Haruskah Menunggu Hingga Umur 17 Tahun
Untuk Mendapatkan SIM C?
Kalau
kita mengamati para pengendara sepeda motor saat ini, ada satu hal menarik yang
perlu kita cermati. Selain orang dewasa, tidak sedikit di antara mereka adalah
para pelajar yang masih berumur di bawah 17 tahun. Di depan mata kita, mereka
lalu-lalang mengendarai sepeda motor pada saat berangkat ke sekolah maupun ke
tempat-tempat umum lainnya. Karena jarak dari rumah ke sekolah yang jauh serta
keterbatasan sarana transportasi umum, para pelajar SMP lebih memilih
mengendarai sepeda motor ke sekolah. Persoalannya adalah mereka belum mempunyai
SIM karena umur mereka belum genap 17 tahun.
Memang
ada beberapa SMP yang melarang siswa-siswinya membawa sepeda motor ke dalam
sekolah. Namun, larangan tersebut tidak efektif, karena ternyata para pelajar
tersebut lebih cerdik. Mereka tetap membawa sepeda motor dan memarkir
kendaraannya di luar halaman sekolah dan tempattempat
lainnya di
dekat sekolah.
Memang
serba dilematis, kalau ditinjau dari aturan lalu lintas, sebenarnya mereka
tidak diperbolehkan mengendarai sepeda motor karena tidak memiliki Surat Ijin
Mengemudi (SIM). Faktor umur membatasi mereka untuk mendapatkan SIM C.
Para
pelajar yang berusia 13-15 tahun tersebut tidak dapat memiliki SIM C karena
menurut UU NO. 22 tahun 2009 pasal 81 (2), untuk mendapatkan SIM A, C dan D,
mereka harus berusia paling rendah 17 tahun. Artinya, bagi pelajar berumur 13
tahun yang sudah dapat mengendarai sepeda motor, dia harus
menunggu
selama empat tahun untuk mendapatkan SIM C.
Di
sisi lain, pertumbuhan fisik yang lebih cepat yang dialami generasi sekarang
serta kemampuan mereka dalam mengendarai sepeda motor juga perlu
dipertimbangkan. Tidak jarang, walaupun masih SMP, postur mereka mirip siswa
SMA bahkan mahasiswa. Agak sulit membedakan apakah mereka siswa SMP, SMA atau
mahasiswa jika tidak menggunakan pakaian seragam.
Kenyataan
tersebut perlu menjadi pemikiran kita bersama, terutama bagi para aparat
penegak hukum. Di satu sisi para pelajar tersebut belum cukup umur untuk
mendapatkan SIM C, dengan sendirinya mereka dilarang mengendarai sepeda motor.
N:amun di sisi lain, kita sering melihat para pelajar tersebut mengendarai
sepeda motor ke sekolah, ke tempat les, ke mall atau
ke rumah kawan-kawannya.
Sanksi yang Cocok bagi Pelajar Nakal
Akhir-akhir
ini tindakan kriminal yang dilakukan oleh pelajar di kota-kota besar sangat
memperihatinkan. Mereka tidak hanya bersekolah, tetapi juga melakukan
perusakan, perkelahian, dan bahkan pembajakan sebuah bus. Salah satu pejabat
menginstruksikan kepada Kepala Dinas Pendidikan (Disdik) setempat untuk
memberikan sanksi kepada para pelajar nakal yang telah melakukan tindak
kriminal. Masyarakat pada umumnya setuju bahwa pelajar yang melakukan tindakan
kriminal perlu diberi sanksi. Bentuk sanksi apa yang diberikan? Sampai saat ini
masih terjadi perdebatan di kalangan masyarakat.
Sebagian
masyarakat mengusulkan ada tiga sanksi tegas yang direkomendasikannya. Pertama,
pelajar-pelajar tersebut dipindahkan dari sekolah asalnya ke sekolah lain.
Murid-murid yang nakal biasanya berkelompok. Dengan demikan, pindahkan mereka
ke sekolah lain, tetapi disebar, hingga benar-benar terpisah satu sama lain dan
diharapkan tidak melakukan tindak kriminal lagi.
Kedua,
yakni sanksi tidak naik kelas kepada seluruh pelajar yang terbukti telah
melakukan tindakan-tindakan yang merugikan serta membahayakan keselamatan orang
lain.
Saksi
ketiga, apabila kedua hukuman itu ternyata tidak berhasil mengubah perilaku,
siswa bermasalah tersebut dikeluarkan dari sekolahnya saat ini dan dikembalikan
kepada orang tua masing-masing. Meski begitu, pejabat itu sempat mengritik
guruguru di sekolah yang masih belum mampu mendidik siswa-siswinya untuk
menjauhi perilaku-perilaku negatif.
Sementara
itu, sebagian masyarakat tidak setuju kalau siswa yang nakal dikeluarkan dari
sekolah. Alasannya, siswa itu masih perlu pembinaan. Pihak sekolah harus
membina anak sekolah yang nakal tersebut. Apa gunanya sekolah kalau tidak bias
membina dan membimbing siswanya. Supaya tidak terjadi perkelahian, misalnya,
sekolah perlu mengadakan kegiatan yang membuat siswanya betah
di sekolah. Perlu diketahui bahwa pelajar, terutama, SMP
merupakan peralihan dari anak ke remaja. Secara psikologis, mereka butuh
perhatian. Kegiatan yang membuat siswa betah di sekolah,
antara lain, olah raga, musik, tari, menulis, dan pramuka.
Setiap
hari, murid-murid selalu berinteraksi dengan para guru. Jadi, sudah seharusnya
guru mengawasi, memantau, serta membimbing siswa untuk tidak melakukan
tindakan-tindakan yang merugikan orang lain.
Pada
prinsipnya, sanksi bagi pelajar yang nakal boleh saja dilakukan. Meskipun
demikian, sanksi itu harus mendidik siswa untuk mengubah perilakunya menjadi
lebih baik. Jika sanksi itu tidak tepat, bukan tidak mungkin siswa itu akan
semakin nakal.
0 Komentar untuk "5 CONTOH TEKS DISKUSI SMP/MTS TERBARU LENGKAP"